KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu,
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Bentuk Dan Alat Evaluasi
Pengajaran Bahasa” tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Bapak Drs. I Ketut Adnyana Putra, M.Pd atas bimbingan selama ini
sehingga makalah ini selesai dengan hasil yang baik.
Dalam proses pembuatan makalah ini, kami
menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun
cara penulisannya. Kami mengharapkan kritikan dan saran agar makalah ini
menjadi sempurna.
Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Om
Shanti , Shanti , Shanti Om
Denpasar,
1 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan
Makalah.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah........................................................................................ ......... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Evaluasi.............................................................................................. 3
2.2 Jenis Pelaksanaan Evaluasi................................................................................... 4
2.3 Alat dan Teknik Evaluasi..................................................................................... 5
2.4 Komponen dan Jenis Tes Pengajaran Bahasa...................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 13
3.2 Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR
RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu
pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola
sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum dan lain sebagainya. Usaha
peningkatan pendidikan biasa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran
dan system evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan system pembelajaran
yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya system
penilaian yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Pengajaran
dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi
mempunyai misi dan tujuan bersama.
Sehubungan
dengan itu, maka didalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar
dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi
sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi
tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian
terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, antara lain :
1.2.1.
Apakah yang dimaksud evaluasi pendidikan atau pengajaran?
1.2.2.
Bagaimana bentuk maupun jenis pelaksanaan evaluasi di SD?
1.2.3.
Apa perbedaan teknik tes dan teknik nontes?
1.2.4.
Apakah perbedaan dari tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatik?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.3.1. Untuk memahami pengertian dari evaluasi
pendidikan atau pengajaran
1.3.2. Unuk mengenal dengan baik jenis atau bentuk
pelaksanaan evaluasi di SD
1.3.3. Untuk memahami perbedaan mendasar dari teknik
tes dan teknik nontes
1.3.4.
Untuk mengetahui perbedaan tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatic
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1 Sebagai sumber referensi dan untuk
meningkatkan pengetahuan penulis tentang bentuk dan alat evaluasi pengajaran bahasa.
1.4.2. Untuk meningkatkan dan menambah
pengetahuan kepada pembaca mengenai komponen dan jenis tes pengajaran bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan
Atau Pengajaran
Dalam
dunia pendidikan dan pengajaran, istilah evaluasi biasanya berkawan akrab
dengan istilah “pengukuran” dan “penilaian” serta “skor” dan “nilai”.
Pelaksanaan evaluasi pendidikan dalam praktiknya dilaksanakan dalam dua tahap,
yakni tahap pengumpulan data atau
informasi dan tahap penilaian data
atau informasi.
Tahap
pertama, yakni pengumpulan atau merupakan tahap
pengukuran (measurement). Pada tahap ini, guru sedang berusaha mengumpulkan
data. Data yang dimaksud merupakan data kasar yang berupa skor-skor mentah (raw score). Data score mentah yang
diperoleh dari hasil pengukuran itu belum dapat dimaknai sebelum diolah menjadi
skor jadi atau skor terjabar (derived
score).Proses pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai
jenis alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan untuk memperoleh data dapat
berupa alat tes dan alat nontes, seperti wawancara, observasi, tugas dan
lain-lain.
Tahap
kedua dari pelaksanaan proses evaluasi adalah tahap penilaian atau tahap
pertimbangan. Pada tahap ini guru akan memperoleh skor menjadi skor
terjabar (nilai jadi) dengan cara menilai, mempertimbangkan, mengolah,
menafsirkan, atau membendingkan skor-skor mentah tersebut engan suatu acuan
tertentu.
Skor
merupakan hasil pengukuran. Data hasil pengukuran biasanya berupa data
kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan. Data hasil pengukuran itu kemudian
diolah menjadi nilai.
Jika
hendak menggunakan standar nilai 10, maka rumus yang digunakan untuk mengolah
skor mentah menjadi nilai jadi itu menjadi sebagai berikut:
Skor perolehan 10
Skor maksimum
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa istilah evaluasi pendidikan atau pengajaran mengacu
kepada pengertian suatu proses kegiatan yang dilakukan guru guna mendapatkan
informasi atau data mengenai hasil belajar siswa dan mengolah serta
menafsirkannya menjadi nilai. Hasil evaluasi ini diperlukan guna dijadikan
landasan untuk berbagai keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Keputusan yang dmaksud antara lain berupa program perbaikan, pengayaan, kenaikan
kelas, kelulusan siswa dan lain-lain.
Evaluasi
terhadap proses belajar mengacu kepada usaha yang dilakukan siswa dalam
meningkatkan kemampuan dirinya guna mencapai tingkat kemajuan belajar yang
seoptimalnya. Evaluasi hasil belajar mengacu kepada penilaian terhadap
pencapaian akhir hasil belajar siswa sesuai dengan patokan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Jenis atau Bentuk Pelaksanaan
Evaluasi
Untuk sampai kepada keputusan –
keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, anda akan memanfaatkan hasil
evaluasi siswa dari berbagai jenis atau bentuk evaluasi. Di samping ada waktu
tertentu untuk melaksanakan evaluasi secara serentak di suatu sekolah, ada juga
evaluasi yang dilaksanakan secara incidental. Artinya, setiap guru pada setiap
kelas mempunyai rencana dan program evaluasi tersendiri untuk mengukur
keberhasilan belajar pada siswanya. Pelaksanaan evaluasi seperti ini tentu saja
sangat bergantung pada kebijakan dan pertimbangan masing-masing guru.
Disamping itu, pelaksanaan evaluasi ada
yang dilakukan dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk penguasaan. Tugas itu
sendiri dapat dikerjakan siswa disekolah atau mungkin di rumah. Pengajarannya
mungkin dilakukan siswa secara individual atau mungkin juga secara kelompok.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas,
kiranya anda dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai pembicaraan jenis/bentuk
pelaksanaan evaluasi tersebut.
Jenis
atau bentuk pelaksaan evaluasi di SD meliputi:
1).
Ulangan harian
Ulangan
harian dikenal juga dengan tes formatif. Jenis tes ini biasanya dimaksudkan
untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa.
2).
Pemberian tugas
Pemberian
tugas dapat dilaksanakan mulai dari kelas 1 hingga kelas 6, untuk semua mata
pelajaran. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh
guru dalam pelaksanaan pemberian tugas:
a. Jumlah
dan jenis tugas tidak terlalu memberatkan siswa; perhatikan dan pertimbangkan
juga dari tugas-tugas mata pelajaran yang lain.
b. Tujuan
pemberian tugas hendaknya ditekankan pada proses pelatihan menerapkan dan
menggunakan suatu konsep tertentu.
c. Pemilihan
dan penentun jenis materi tugas harus disesuaikan dengan tujuan pemberian
tugas.
d. Sangat
dianjurkan untuk tidak memberikan tugas materi pelajaran IPA dan Matematika
dalam waktu bersama.
3).
Ulangan umum
Jenis penilainan
biasanya dilaksanakan pada setiap akhir catur wulan. Jenis penilaian ini
biasanya dapat dilaksanakan secara lisan atau perbuatan, namun pada umumnya,
ulangan umum atau tes sumatif dilaksanakan secara tertulis dan dilaksanakan
secara serentak untuk semua kelas.
2.3 Perbedaan Teknik Tes Dan Teknik
Nontes
Teknik tes merupakan teknik yang
digunakan untuk melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus ditanggapi. Dalam hal tes prestasi belajar, yang hendak
diukur adalah sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang
disampaikan, terutama meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, secara
garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapat dikelompokan kedalam
bentuk-bentuk berikut :
1).
Tes tertulis, yakni alat penilaian yang penyajian
maupun pengerjaanya oleh siswa dilakukan dalam bentuk tertulis. Jawaban siswa
dapat berupa jawaban atas pertanyaan, tanggapan atas pernyataan atau tugas yang
diberikan.
2).
Tes lisan, yakni alat penilaian yang penyajian maupun
pengerjaannya oleh siswa dilakukan secara langsung.
3).
Tes perbuatan, yakni penilaian yang penugasaannya
dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan dan pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan prosedur yang
dilalui untuk memperoleh gambar mengenai karakteristik minat, sikap, atau
kepribadian. Dalam proses belajar – mengajar, pada umumnya kegiatan penilaian
mengutamakan teknik tes, mengingat lebih berperannya aspek pengetahuan dan
keterampilan dalam pengambilan keputusan di dalam kelas.
Alat evaluasi nontes dapat dilaksanakan
melalui pengamatan, skala sikap, angket, catatan harian, wawancara, atau
ceklist. Alat evaluasi jenis ini biasanya digunakan untuk memperoleh
informasi atau data mengenai gambaran minat, sikap, atau kepribadian siswa.
Penilaian dapat dilakukan selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Aspek-aspek yang hendak dinilai harus ditetapkan
sebelumnya agar guru mempunyai pedoman di dalam melaksanakan penilaiannya.
Sebagai contoh, anda hendak menilai
kemampuan berkomunikasi siswa anda dalam kegiatan berdiskusi. Untuk mengetahui
kemampuan bediskusi masing-masing siswa, anda menetapkan aspek-aspek yang
menjadi bahan penilaian sebagai berikut :
1) Keberanian
mengemukakan pendapat
2) Keaktifan
atau peran
3) Sikap
menghargai pendapat orang lain
4) Kerja
sama dalam kelompok
5) Kemampuan
dalam memecahkan masalah
6) Kefasihan
dan kejelasan berbahasa dan lain-lain
Penilaian dapat dilaksanakan secara
kualitatif atau kuantitatif. Pedoman penilaian kualitatif yang biasa digunakan
di SD berdasarkan petunjuk dari Depdikbud (1994/1995:10) adalah sebagai berikut
:
Sangat baik = A
= 8.5 – 10
Baik
= B
= 7.0 – 8.4
Cukup
= C
= 5.5 – 6.9
Kurang
= K
= 4.0 – 5.4
Kurang
sekali = E
= <4.0
No
|
Nama
|
Aspek yang dinilai
|
Jumlah skor
|
Rata-rata
|
Keterangan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
Gumelar Teja S
|
7
|
8
|
7
|
9
|
8
|
8
|
47
|
7,83
|
Baik
|
2
|
Gina Zulfhanur
|
8
|
8
|
7,5
|
8,5
|
8,5
|
7,5
|
48
|
8
|
Baik
|
3
|
Ahmad Fauzi
|
6
|
7
|
7
|
7
|
8
|
6
|
41
|
6,83
|
Cukup
|
4
|
Gunadi
|
7
|
7
|
6.5
|
6
|
7
|
7
|
40,5
|
6,75
|
Cukup
|
5
|
Yanti Budiarti
|
7,5
|
7
|
7
|
7
|
7
|
8
|
43,5
|
7,25
|
Baik
|
Keterangan
:
Aspek
penilaian diskusi :
1) : keberanian mengemukakan pendapat
2) : keaktifan/ peran serta
3) : sikap menghargai pendapat orang lain
4) : kerja sama dalam aspek
5) : kemampuan memecahkan masalah
6) : kefasihan dan kejelasan berbicara
Berdasarkan kedua pedoman di atas,
langkah selanjutnya adalah menyiapkan format penilaian. Format yang dimaksud
dapat anda buat seperti contoh berikut.
Kegiatan
: Diskusi
Pokok/Sub
pokok Bahasan : Perkembangan
Komunikasi
Hari/
Tanggal : Selasa,
9 Agusatus 1996
Kelas/Cawu : 6/2
Sekolah
:
SDN…………..
2.4 Perbedaan Tes Diskrit, Tes
Integratif, Dan Tes Pragmatik
Dalam Kurikulum SD 1994 Bidang Studi
Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia
meliputi komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Komponen kesastraan,
meskipun tidak dicantumkan secara eksplisit di dalam komponen pembelajaran
bahasa Indonesia, namun sesungguhnya aspek kesastraan secara implisit terdapat
dalam aspek pemahaman dan aspek penggunaan.
Untuk menilai tingkat pencapaian hasil
belajar siswa dalam pengajaran bahasa Indonesia, tentu saja harus didasarkan
atas ruang lingkup materi pembelajaran bidang studi yang bersangkutan.
Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum SD 1994
tersebut, kita dapat mengaplikasikan cakupan pengajaran bahasa Indonesia ke
dalam tiga komponen, yakni (a) kompetensi kebahasaan, (b) keterampilan
berbahasa, dan (c) kesastraan, secara skematis.
Tes kompetensi kebahasaan terbagi ke
dalam dua aspek tes, yakni tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek
kebahasaan ini memegang peranan penting dalam kegiatan kebasaan karena pada
dasarnya tidak berbahasa itu sesungguhnya merupakan pengoperasian dari kedua
aspek tersebut. Meskipun secara umum Kurikulum 1994 menghendaki pengajaran dan
tes kebahasaan yang lebih menekan pada fungsi komunikatif bahasa, namun aspek
struktur dan kosakata perlu mendapat perhatian para guru bahasa.
Tes yang berkenaan dengan aspek
keterampilan berbahasa meliputi tes keterampilan yang bersifat reseptif dan tes
keterampilan yang bersifat produktif. Kegiatan berbahasa yang tercermin dalam
empat aspek keterampilan berbahasa, yakni menyimak-membaca (aspek reseptif) dan
bicara-menulis (aspek produktif) merupakan manifestasi nyata dari kompetensi
kebahasaan seseorang. Kegiatan berbahasa semacam ini disebut juga “
performansi”. Performansi merupakan
kebalikan dari kompetensi. Tinggi-rendahnya
kadar performasi seorang dalam tindak berbahasa biasanya dipengaruhi
tinggi-rendahnya kadar kompetensi yang dimilikinya. Tes kesastraan meliputi tes
pengetahuan tentang sastra dan kemampuan apresiasi sastra. Dari kedua aspek tes
kesastraan ini, tes kemampuan apresiasi sastra merupakan prioritas tentang
kesastraan merupakan alat bantu untuk mencapai pengalaman apresiasi dan
ekspresi sastra.
Jenis
– jenis tes pengajaran bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
jenis, yaitu :
1). Tes diskrit
Tes diskrit adalah sejenis tes yang
hanya menekankan atau berkaitan dengan salah satu aspek kebahasaan tertentu
pada satu waktu tertentu, misalnya aspek fonologi, morfologi, sintaksis,
kosakata, dan lain-lain atau keterampilan berbahasa tertentu seperti menyimak,
berbicara, membaca, atau menulis. Pandangan teori diskrit yang memecah-mecah
unsur kebahasaan sebagai sesuatu yang terisolasi, ditentang oleh para penganut
paham komunikatif dan pragmatik. Pendekatan komunikatif menekankan pengajaran bahasa
pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu munculah reaksi
terhadap tes deskriptif dan menawarkan alternative tes pengajaran bahasa yang
bersifat integrative.
2). Tes Integratif
Tes integratif tidak secara khusus
mengeteskan salah satu aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa tertentu,
melainkan sebuah tes dalam satu waktu tertentu meliputi beberapa aspek
kebahasaan dan keterampilan berbahasa secara sekaligus. Tes dimaksud akan lebih
baik lagi jika dalam penyajiannya langsung dikaitkan dan disesuaikan dengan
konteks pemakaian bahasa secara wajar sebagaimana halnya penggunaan bahasa yang
hidup di masyarakat.
Bentuk-
bentuk soal integrative antara lain dapat berupa :
a. Menyusun
kalimat.
Contoh : susunlah
kata-kata berikut menjadi sebuah kalimat yang baik!
Tadi-kecelakaan-rumah-di-pagi-terjadi-depan.
b. Menafsirkan
isi wacana yang di dengar
c. Menafsirkan
isi wacana yang dibaca
d. Menyusun
paragraph berdasarkan kalimat acak.
3). Tes Pragmatik
Tes Pragmatik mempunyai persamaan
pengertian dengan tes kompetensi komunikatif. Keduanya menekankan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa dalam situasi tertentu. Tes pragmatik
dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan
bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata.
Contoh – contoh bentuk tes pragmatik,
antara lain :
a. Dikte
Dikte memiliki beragan
variasi, antara lain : dikte standar, dikte sebagian, dikte gangguan suara, dan
produksi lisan imitasi.
b. Berbicara / Ekspresi
lisan
Tes ini dipandang sebagai salah satu jenis tes yang
paling mencerminkan kemampuan berbahasa seseorang. Terdapat beberapa macam
bentuk tes berbicara, antara lain menceritakan gambar, wawancara, bercerita,
pidato diskusi, dan lain-lain.
Bercerita merupakan salah satu cara
untuk mengungkap kemampuan berbicara secara pragmatis. Disini anak dituntut
menguasai dua hal, yakni unsur linguistik (bagaimana memilih bahasa untuk
bercerita) dan unsur ekstralinguistik (kelancaran, kejelasan, ekspresi, dan lain
– lain). Komponen yang menjadi aspek penilaian guru untuk kegiatan bercerita
ini tidak jauh berbeda dengan penilaian pidato. Pidato merupakan salah satu
bentuk tes pragmatik yang termasuk kemampuan ekspresi lisan.
Aspek penilaian untuk kemampuan bercerita
dan berpidato meliputi beberapa aspek, keakuratan informasi, hubungan antar
informasi, struktur dan kosa kata, kelancaran dan kefasihan berbicara,
kelogisan urutan penyajian, dan gaya pengungkapan. Bentuk lain dari tes ekpresi
lisan adalah keterampilan berdiskusi. Keterampilan berdiskusi ini baik untuk
melatih nalar, misalnya melatih mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan
secara kritis, mempertahankan gagasan sendiri dengan argumentasi yang logis dan
dapat dipertanggung jawabkan
Aspek – aspek penilaian kemampuan
diskusi tidak jauh berbeda dengan wawancara dan berpidato. Hanya perlu
memperhatikan : ketepatan struktur, kualitas dan orisinilitas gagasan,
kuantitas gagasan, kekritisan menanggapi gagasan, kemampuan mempertahankan
gagasan.
Pemahaman Parafrase
Tes pragmatik dalam bentuk paraphrase
pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap suatu rangsang bahasa yang dibuktikan
dengan kemampuan siswa dalam memahami maksud rangsang bahasa. Di samping itu,
dibukakan pula oleh kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi / maksud /
informasi / gagasan tersebut dengan cara yang berbeda dari bentuk atau cara
semula. Bentuk penyajian tes parafrase ini misalnya, dengan cara menyajikan
wacana singkat (lisan atau tertulis) kemudian siswa diminta untuk
mengidentifikasi salah satu jawaban yang memiliki maksud yang sama.
Contoh :
1)
Gina sebenarnya datang lebih dulu dari
Anggi, tetapi dia terlambat sepuluh menit dari Gumgum
Alternatif
jawaban :
A.
Gina datang paling dahulu
B.
Gumgum datang sesudah Anggi
C.
Gumgum datang sebelum Anggi
D.
Anggi datang sebelum Gumgum
Manakah
jawaban yang benar untuk parafrase di atas ? Tentu saja alternative jawaban B.
Gumgum bahkan datang sebelum Gina dan Anggi.
Menjawab Pertanyaan
Menjawab
pertanyaan merupakan bentuk lain dari tes pragmatik. Tuntutan jawaban dapat berupa
pemahaman isi / maksud bacaan atau dapat berupa kelogisan atau kesesuaian
kontekstual.
Contoh :
1)
Mahalkah harga buku baru itu ?
Alternatif
jawaban :
A.
Bersama kawan – kawan
B.
Di took buku
C.
Saat ada pameran buku di kotaku
D.
Tak sebagus bentuknya
Sudah
jelas jawabannya D. Artinya buku baru itu tidak terlalu mahal jika dibandingkan
dengan bentuknya yang begitu bagus.
Teknik Isian Rumpang
Bentuk
lain dari tes pragmatik adalah teknik isian rumpang. Tes ini disajikan dalam
bentuk penyajian wacana yang sudah mengalami perumpangan atau pelepasan pada
bagian – bagian tertentu secara teratur. Untuk dapat mengisi tes isian rumpang
dengan benar dituntut penguasaan sistem gramatika bahasa yang bersangkutan dan
pemahaman isi wacana.
Contoh :
Di
Sumatera Utara ada daerah pegunungan yang kurang subur. Di sana pada zaman ....
1) ada seorang petani miskin. Setiap .... 2) dia menggarap ladangnya. Bila ....
3) lelah mencangkul, dia pergi .... 4) hutan mencari kayu bakar .... 5) untuk
kebutuhan sendiri, kayu ...6) itu dijual ke pasar ... 7) untuk membeli
keperluan dapur, ....8) garam, ikan asin, dan gula.
Kata yang tepat untuk mengisi titik –
titik no 1 – 8 di atas adalah : dahulu, hari, sudah, ke, selain, bakar,
uangnya, seperti.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1) Pengertian
evaluasi pendidikan adalah mengacu kepada pengertian suatu proses kegiatan yang dilakukan guru guna mendapatkan
informasi atau data mengenai hasil belajar siswa dan mengolah serta
menafsirkannya menjadi nilai.
2) Jenis
atau bentuk pelaksanaan evaluasi di SD meliputi:
a.
Ulangan harian
b.
Pemberian tugas
c.
Ulangan umum
3) Perbedaan
Teknik Tes Dan Teknik Nontes
Teknik
tes merupakan teknik yang digunakan untuk melaksanakan tes berupa pertanyaan
yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus ditanggapi. Sedangkan Teknik
nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambar mengenai
karakteristik minat, sikap, atau kepribadian.
4) Perbedaan
tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatik
1) Tes diskrit
adalah sejenis tes yang hanya menekankan atau berkaitan dengan salah satu aspek
kebahasaan tertentu pada satu waktu tertentu.
2) Tes Integratif
tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan atau keterampilan
berbahasa tertentu, melainkan sebuah tes dalam satu waktu tertentu meliputi
beberapa aspek kebahasaan dan keterampilan berbahasa secara sekaligus.
3) Tes Pragmatik
Tes pragmatik dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut
siswa untuk menghasilkan bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara
nyata.
3.2 Saran
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran,
sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam penyusunan evaluasi pembelajaran
tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang
diinginkan tersebut bisa tercapai.
DAFTAR
RUJUKAN
Damaianti,
Vismaia Subariah. 2007. “Evaluasi dalam
Pembelajaran”.Jakarta: Universitas Terbuka
Djuanda,Dadan.2008.Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Indonesia di SD.Bandung: Pustaka Latifah.
Hidayat,
Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi dan
Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.