Senin, 22 Mei 2017

LAPORAN PRAKTIKUM MEDAN MAGNET
DOSEN PEMBIMBING: Drs. I Ketut Ardana, M.Pd
  

Disusun Oleh  :
Kelompok 11

1.      NI PUTU RITA PURWANI                                   1411031440/25
2.      NI PUTU AYU TINA ARIYANI                           1411031443/27
3.      I W ESA WAHYUDI                                  
4.      NI WAYAN SRI ANGGRA WATI                         1411031481/37


Kelas : M/4

 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Magnet berasal dari kata magnesia, yaitu sebuah nama kota kuno yang sekarang bernama Manisa di wilayah barat Turki, dimana sekitar 2500 tahun lalu kota ini telah ditemukan batu-batuan yang dapat menarik partikel-partikel besi. Sekarang kita mengenal berbagai magnet buatan, baik yang bersifat permanen maupun yang bersifat sementara.
Seperti halnya listrik, magnet juga dapat menimbulkan suatu medan yang disebut medan magnetic, yaitu suatu ruang disekitar magnet yang masih terpengaruh gaya magnetic. Pada tahun 1269, berdasarkan hasil eksperimen, Pierre de Maricourt menyimpulkan bahwa semua magnet bagaimanapun bentuknya terdiri dari dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet ini memiliki efek kemagnetan paling kuat di bandingkan bgian magnet lainnya.
Bentuk medan magnet dapat diamati dengan menabuurkan serbuk besi secara merata di atas karton yang bagian bawahnya diberi sebuah magnet batang. Sedangkan arah medan magnet didefinisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh kutub utara megnet jarum ketika ditempatkan di sekitar magnet. Dengan demikian, secara sederhana medan magnetic dapat dinyatakan dengan garis-garis khayal yang keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan yang disebut garis-garis medan magnetik atau garis-garis gaya magnetik. Medan magnetik selain ditimbulkan oleh arus listrik dalam suatu penghantar baik pada penghantar lurus, penghantar melingkar, maupun pada kumparan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan dari Praktikum yang akan dilaksanakan yaitu :
1.2.1. Agar dapat mengetahui cara membuat magnet sederhana
1.2.2. Agar dapat mengetahui macam –macam magnet yang ada di bumi
1.2.3. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan yang  lebih mengenai magnet
1.2.4. Agar dapat menunjukkan bahwa disekitar arus listrk terdapat medan magnet .
Tujuan Praktikum secara umum yaitu :
            Agar siswa mengenal semua jenis –jenis magnet mulai dari magnet alam dan magnet buatan , selain itu melalui praktikum medan magnet ini juga dapat memberikan manfaat bagi masyakarat hal tersebut dikarenakan magnet sangat berguna bagi kehidupan semua orang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Magnet dan Medan Magnet
Medan Magnet adalah ruang disekitar magnet dimana tempat benda–benda tertentu mengalami gaya magnet. Pada pelajaran listrik telah dikaji bahwa jika sebuah muatan diletakkan dalam medan listrik, ia mengalami gaya listrik dan energi listriknya dapat dipakai sebagai tenaga gerak untuk berpindah tempat. Hal yang sama terjadi pada magnet. Jika sebatang magnet diletakkan dalam suatu ruang, maka terjadi perubahan dalam ruang ini, yaitu pada setiap titik dalam ruang akan terdapat medan magnetik. Arah medan magnetik di suatu titik didefinisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas ketika ditempatkan pada titik tersebut.
Magnet adalah sebuah material yang memiliki kemampuan menarik besi atau baja (material berjenis logam lainnya).
2.1.1. Sifat-sifat Magnet
Magnet memiliki beberapa sifat antara lain memiliki gaya tarik, memiliki dua buah kutub, kutub senama tolak menolak dan kutub tidak senama tarik menarik, serta memiliki gaya yang dapat menembus benda tertentu.
2.1.1.1. Magnet Memiliki Gaya Tarik
Gaya magnet adalah gaya yang dimiliki oleh magnet sehingga dapat menarik benda-benda lain, makin dekat dengan magnet, gaya tarik magnet akan semakin kuat. Sebaliknya jika makin jauh dari magnet, gaya tarik magnet makin kecil. Dengan kejadian seperti itu, maka magnet memiliki gaya tarik.
2.1.1.2. Magnet Memiliki Gaya yang dapat Menembus Benda
Daya tembus benda di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain ketebalan penghalang, jenis penghalang, kekuatan penghalang, serta jarak  antara magnet dan benda. Kekuatan gaya tarik magnet tidak sama di setiap sisinya.
2.1.1.3. Magnet Mempunyai Dua Kutub, yaitu Kutub Utara dan Kutub Selatan
Apabila Kutub yang sejenis atau senama didekatkan satu sama lain maka mereka akan saling tolak menolak,  namun apabila kutub yang berbeda didekatkan satu sama lain maka mereka akan saling Tarik Menarik
KUTUB MAGNET

2.2 Magnet  Alam dan Magnet Buatan
2.2.1. Magnet Alam
Magnet alam sesungguhnya telah dikenal orang sejak dahulu, terutama di kalangan  orang-orang Magnesia yang beranggapan bahwa batu magnet yang di temukan tersebut memiliki kekuatan yang supranatural. Magnet yang digunakan oleh bangsa Yunani dan Cina disebut sebagai magnet alam karena magnet tersebut ada tanpa proses pembuatan. Selain itu, juga ditemukan secara alami magnet bumi termasuk magnet alam.
2.2.3. Magnet Buatan
Magnet buatan adalah megnet yang sengaja dibuat oleh manusia. Magnet buatan dapat dibuat dari besi, baja, atau bahan campuran logam lainnya. Bentuk magnet buatan yang biasa ditemukan yaitu magnet yang bentuk batang, magnmet silinder, magnet jarum, magnet ladam (tapak kuda). Magnet buatan dapat dibuat dengan cara gosokan, cara induksi, dan cara menggunakan arus listrik.
2.2.3.1. Pembuatan Magnet  dengan Cara Gosokan
Magnet yang dibuat dengan cara gosokan merupakan pembuatan magnet yang sangat sederhana. Penggosokan ini dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan dengan satu arah.
2.2.3.2. Pembuatan Magnet dengan Cara Dialiri Arus Listrik
Arus listrik dapat digunakan untuk membuat magnet. Magnet dapat dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik searah ke dalam suatu penghantar. Magnet yang ditimbulkan disebut elektromagnetik.


2.2.3.3. Pembuatan Magnet dengan Cara Induksi
 Besi dan baja diletakkan di dekat magnet tetap. Magnet elementer yang terdapat pada besi dan baja akan terpengaruh atau terinduksi magnet tetap yang menyebabkan letaknya teratur dan mengarah ke satu arah. Besi atau baja akan menjadi magnet sehingga dapat menarik serbuk besi yang berada di dekatnya. Ujung besi yang berdekatan dengan kutub magnet batang, akan terbentuk kutub yang selalu berlawanan dengan kutub magnet penginduksi.
2.3 Benda Berdasarkan Sifat Kemagnetannya
Berdasarkan kemagnetannya benda dapat digolongkan menjadi 2, yaitu : 
2.3.1. Benda Magnetik (Feromagnetik)
Feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet. Benda Magnetik yang bukan magnet dapat diolah menjadi magnet, namun setiap benda memiliki tingkat kesulitan yang berbeda jika ingin diubah menjadi magnet. Contoh benda ini adalah besi, baja, nikel, dll.

2.3.2. Benda Non – Magnetik
  • Benda ini terbagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu :
  • Paramagnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan lemah oleh magnet kuat, contohnya alumunium, tembaga, platina, dll.
  • Diamagnetik, yaitu benda menolak magnet, artinya benda ini tidak dapat ditarik oleh magnet, contohnya emas, seng, merkuri, dll.
2.4 Teori Kemagnetan
  • Sebuah Magnet akan selalu tersusun atas magnet-magnet kecil yang disebut magnet elementer.
  • Pada Benda Magnetik, Magnet elementer ini tersusun secara teratur, Namun pada benda non-magnetik, magnet elementer tersusun secara acak.
  • Bahan magnetik yang bukan magnet dapat diubah menjadi magnet dengan prinsip membuat magnet elementer menjadi teratur.
  • Bahan Magnetik lunak lebih mudah dijadikan magnet karena lebih mudah untuk menyusun magnet elementer menjadi teratur
  • Apabila sebuah magnet dipotong, maka masing-masing potongan tetap memiliki kutub utara dan kutub selatan
2.5 Macam – Macam Bentuk Magnet
Sekarang magnet memiliki banyak bentuk, karena setiap bentuk magnet dibuat dengan tujuan dan kegunaan yang berbeda. Secara umum terdapat 5 bentuk tetap magenet, yaitu Magnet Batang, Magnet Silinder, Magnet Jarum, Magnet Cincin, Magnet U (Magnet Ladam).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
·         Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah :
1.      Karton putih 1 lembar / kertas putih.
2.      Magnet batang 1 buah.          
3.      Serbuk-serbuk besi secukupnya.

·         Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini antara lain :
1.      Letakan sebuah magnet batang diatas meja
2.      Peganglah selembar kertas karton putih diatas meja tersebut
3.      Taburkan serbuk besi secara merata diatas karton, kemudian ketuklah karton itu secara perlahan beberapa kali
4.      Amatilah dan gambarkan pola yang dibentuk serbuk besi tersebut
5.      Dari hasil percobaan tersebut buatlah kesimpulan medan magnet



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Data Pengamatan
1). Gambar A menunjukan bahwa  :
Garis Fluks Magnet
·         Fluks (garis gaya magnet) : gaya pada magnet yang tidak terlihat.
·         Arah : meninggalkan kutub utara menuju kutub selatan kemudian kembali ke kutub utara melalui magnet.
2). Gambar B menunjukan pola yang dibuat oleh serbuk besi setelah magnet diletakan diatas serbuk besi
3). Gambar C menunjukan bahwa apabila kutub N (utara) didekatkan ke kutub S (selatan) maka akan kutub N (utara) akan tertarik ke kutub S (selatan), begitu juga sebaliknya. Apabila kutub N di (utara) dekatkan ke kutub N (utara) maka akan saling tolak-menolak, begitu juga kutub S (selatan) di dekatkan ke kutub S (selatan) akan saling tolak menolak.



BAB V
Simpulan dan Saran
·         Simpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa kutub magnet yang sama apabila didekatkan akan saling tolak- menolak, apabila kutup yang berbeda di dekatkan akan tarik menarik. Magnet kutub utara akan selalu tertarik ke magnet kutub selatan. Medan Magnet akan membentuk Gaya Magnet. Semakin Dekat benda dengan Magnet, medan magnetnya semakin rapat, sehingga gaya magnetnya akan semakin besar. Demikian pula sebaliknya.  Sifat Kemagnetan dapat hilang atau melemah karena bebarapa penyebab, contohnya apabila terus menerus jatuh, terbakar, dll

·         Saran
Kita harus teliti dalam membuat medan magnet agar percobaan berhasil untuk mencapai hasil praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan dengan seefisien mungkin. Jika masih terdapat kekurangan dalam laporan praktikkum mohon diberikan petunjuk agar pada praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi.






Sabtu, 29 Oktober 2016

BENTUK DAN ALAT EVALUASI PENGAJARAN BAHASA

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

           Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bentuk Dan Alat Evaluasi Pengajaran Bahasa tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Drs. I Ketut Adnyana Putra, M.Pd atas bimbingan selama ini sehingga makalah ini selesai dengan hasil yang baik.
Dalam proses pembuatan makalah ini, kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Kami mengharapkan kritikan dan saran agar makalah ini menjadi sempurna.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Om Shanti , Shanti , Shanti Om

                                                                        Denpasar, 1 April 2016


                                                                                                          Penulis





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3  Tujuan Makalah.................................................................................................... 2
1.4  Manfaat Makalah........................................................................................ ......... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1  Pengertian Evaluasi.............................................................................................. 3
2.2  Jenis Pelaksanaan Evaluasi................................................................................... 4
2.3  Alat dan Teknik Evaluasi..................................................................................... 5
2.4  Komponen dan Jenis Tes Pengajaran Bahasa...................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................. 13
3.1  Kesimpulan.......................................................................................................... 13
3.2  Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN         


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                  Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum dan lain sebagainya. Usaha peningkatan pendidikan biasa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan system evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan system pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya system penilaian yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Pengajaran dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi dan tujuan bersama.
                  Sehubungan dengan itu, maka didalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, antara lain :
1.2.1. Apakah yang dimaksud evaluasi pendidikan atau pengajaran?
1.2.2. Bagaimana bentuk maupun jenis pelaksanaan evaluasi di SD?
1.2.3. Apa perbedaan teknik tes dan teknik nontes?
1.2.4. Apakah perbedaan dari tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatik?



1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.3.1. Untuk memahami pengertian dari evaluasi pendidikan atau pengajaran
1.3.2. Unuk mengenal dengan baik jenis atau bentuk pelaksanaan evaluasi di SD
1.3.3. Untuk memahami perbedaan mendasar dari teknik tes dan teknik nontes
1.3.4. Untuk mengetahui perbedaan tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatic
1.4 Manfaat
            Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1 Sebagai sumber referensi dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang     bentuk dan alat evaluasi pengajaran bahasa.
1.4.2. Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan kepada pembaca mengenai komponen dan jenis tes pengajaran bahasa












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan Atau Pengajaran
                 Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, istilah evaluasi biasanya berkawan akrab dengan istilah “pengukuran” dan “penilaian” serta “skor” dan “nilai”. Pelaksanaan evaluasi pendidikan dalam praktiknya dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap pengumpulan data atau informasi dan tahap penilaian data atau informasi.
                 Tahap pertama, yakni pengumpulan atau merupakan tahap pengukuran (measurement). Pada tahap ini, guru sedang berusaha mengumpulkan data. Data yang dimaksud merupakan data kasar yang berupa skor-skor mentah (raw score). Data score mentah yang diperoleh dari hasil pengukuran itu belum dapat dimaknai sebelum diolah menjadi skor jadi atau skor terjabar (derived score).Proses pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai jenis alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan untuk memperoleh data dapat berupa alat tes dan alat nontes, seperti wawancara, observasi, tugas dan lain-lain.
                 Tahap kedua dari pelaksanaan proses evaluasi adalah tahap penilaian atau tahap pertimbangan. Pada tahap ini guru akan memperoleh skor menjadi skor terjabar (nilai jadi) dengan cara menilai, mempertimbangkan, mengolah, menafsirkan, atau membendingkan skor-skor mentah tersebut engan suatu acuan tertentu.
                 Skor merupakan hasil pengukuran. Data hasil pengukuran biasanya berupa data kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan. Data hasil pengukuran itu kemudian diolah menjadi nilai.
                 Jika hendak menggunakan standar nilai 10, maka rumus yang digunakan untuk mengolah skor mentah menjadi nilai jadi itu menjadi sebagai berikut:
     Skor perolehan                  10
     Skor maksimum         
                 Dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah evaluasi pendidikan atau pengajaran mengacu kepada pengertian suatu proses kegiatan yang dilakukan guru guna mendapatkan informasi atau data mengenai hasil belajar siswa dan mengolah serta menafsirkannya menjadi nilai. Hasil evaluasi ini diperlukan guna dijadikan landasan untuk berbagai keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Keputusan yang dmaksud antara lain berupa program perbaikan, pengayaan, kenaikan kelas, kelulusan siswa dan lain-lain.
                 Evaluasi terhadap proses belajar mengacu kepada usaha yang dilakukan siswa dalam meningkatkan kemampuan dirinya guna mencapai tingkat kemajuan belajar yang seoptimalnya. Evaluasi hasil belajar mengacu kepada penilaian terhadap pencapaian akhir hasil belajar siswa sesuai dengan patokan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Jenis atau Bentuk Pelaksanaan Evaluasi
Untuk sampai kepada keputusan – keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, anda akan memanfaatkan hasil evaluasi siswa dari berbagai jenis atau bentuk evaluasi. Di samping ada waktu tertentu untuk melaksanakan evaluasi secara serentak di suatu sekolah, ada juga evaluasi yang dilaksanakan secara incidental. Artinya, setiap guru pada setiap kelas mempunyai rencana dan program evaluasi tersendiri untuk mengukur keberhasilan belajar pada siswanya. Pelaksanaan evaluasi seperti ini tentu saja sangat bergantung pada kebijakan dan pertimbangan masing-masing guru.
Disamping itu, pelaksanaan evaluasi ada yang dilakukan dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk penguasaan. Tugas itu sendiri dapat dikerjakan siswa disekolah atau mungkin di rumah. Pengajarannya mungkin dilakukan siswa secara individual atau mungkin juga secara kelompok.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas, kiranya anda dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai pembicaraan jenis/bentuk pelaksanaan evaluasi tersebut.
Jenis atau bentuk pelaksaan evaluasi di SD meliputi:
1). Ulangan harian
Ulangan harian dikenal juga dengan tes formatif. Jenis tes ini biasanya dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa.

2). Pemberian tugas
Pemberian tugas dapat dilaksanakan mulai dari kelas 1 hingga kelas 6, untuk semua mata pelajaran. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam pelaksanaan pemberian tugas:
a.       Jumlah dan jenis tugas tidak terlalu memberatkan siswa; perhatikan dan pertimbangkan juga dari tugas-tugas mata pelajaran yang lain.
b.      Tujuan pemberian tugas hendaknya ditekankan pada proses pelatihan menerapkan dan menggunakan suatu konsep tertentu.
c.       Pemilihan dan penentun jenis materi tugas harus disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas.
d.      Sangat dianjurkan untuk tidak memberikan tugas materi pelajaran IPA dan Matematika dalam waktu bersama.
3). Ulangan umum
Jenis penilainan biasanya dilaksanakan pada setiap akhir catur wulan. Jenis penilaian ini biasanya dapat dilaksanakan secara lisan atau perbuatan, namun pada umumnya, ulangan umum atau tes sumatif dilaksanakan secara tertulis dan dilaksanakan secara serentak untuk semua kelas.
2.3 Perbedaan Teknik Tes Dan Teknik Nontes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus ditanggapi. Dalam hal tes prestasi belajar, yang hendak diukur adalah sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan, terutama meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, secara garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapat dikelompokan kedalam bentuk-bentuk berikut :
1). Tes tertulis, yakni alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaanya oleh siswa dilakukan dalam bentuk tertulis. Jawaban siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan, tanggapan atas pernyataan atau tugas yang diberikan.
2). Tes lisan, yakni alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya oleh siswa dilakukan secara langsung.
3). Tes perbuatan, yakni penilaian yang penugasaannya dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan dan pengerjaannya dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.

Teknik nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambar mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian. Dalam proses belajar – mengajar, pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes, mengingat lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan di dalam kelas.
Alat evaluasi nontes dapat dilaksanakan melalui pengamatan, skala sikap, angket, catatan harian, wawancara, atau ceklist. Alat evaluasi  jenis  ini biasanya digunakan untuk memperoleh informasi atau data mengenai gambaran minat, sikap, atau kepribadian siswa.
Penilaian dapat dilakukan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Aspek-aspek yang hendak dinilai harus ditetapkan sebelumnya agar guru mempunyai pedoman di dalam melaksanakan penilaiannya. Sebagai contoh, anda hendak  menilai kemampuan berkomunikasi siswa anda dalam kegiatan berdiskusi. Untuk mengetahui kemampuan bediskusi masing-masing siswa, anda menetapkan aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian sebagai berikut :
1)      Keberanian mengemukakan pendapat
2)      Keaktifan atau peran
3)      Sikap menghargai pendapat orang lain
4)      Kerja sama dalam kelompok
5)      Kemampuan dalam memecahkan masalah
6)      Kefasihan dan kejelasan berbahasa dan lain-lain
Penilaian dapat dilaksanakan secara kualitatif atau kuantitatif. Pedoman penilaian kualitatif yang biasa digunakan di SD berdasarkan petunjuk dari Depdikbud (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :
Sangat  baik                     =   A  =  8.5 – 10
Baik                                 =   B  =  7.0 – 8.4
Cukup                              =   C  =  5.5 – 6.9
Kurang                 =   K  =  4.0 – 5.4
Kurang sekali                   =   E  =  <4.0

No

Nama
Aspek yang dinilai

Jumlah skor

Rata-rata

Keterangan
1
2
3
4
5
6
1
Gumelar Teja S
7
8
7
9
8
8
47
7,83
Baik
2
Gina Zulfhanur
8
8
7,5
8,5
8,5
7,5
48
8
Baik
3
Ahmad Fauzi
6
7
7
7
8
6
41
6,83
Cukup
4
Gunadi
7
7
6.5
6
7
7
40,5
6,75
Cukup
5
Yanti Budiarti
7,5
7
7
7
7
8
43,5
7,25
Baik

Keterangan :
Aspek penilaian diskusi :
1) :           keberanian mengemukakan pendapat
2) :           keaktifan/ peran serta
3) :           sikap menghargai pendapat orang lain
4) :           kerja sama dalam aspek
5) :           kemampuan memecahkan masalah
6) :           kefasihan dan kejelasan berbicara
Berdasarkan kedua pedoman di atas, langkah selanjutnya adalah menyiapkan format penilaian. Format yang dimaksud dapat anda buat seperti contoh berikut.
Kegiatan                                  : Diskusi
Pokok/Sub pokok Bahasan     : Perkembangan Komunikasi
Hari/ Tanggal                          : Selasa, 9 Agusatus 1996
Kelas/Cawu                             : 6/2
Sekolah                                   : SDN…………..
2.4 Perbedaan Tes Diskrit, Tes Integratif, Dan Tes Pragmatik
Dalam Kurikulum SD 1994 Bidang Studi Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Komponen kesastraan, meskipun tidak dicantumkan secara eksplisit di dalam komponen pembelajaran bahasa Indonesia, namun sesungguhnya aspek kesastraan secara implisit terdapat dalam aspek pemahaman dan aspek penggunaan.
Untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar siswa dalam pengajaran bahasa Indonesia, tentu saja harus didasarkan atas ruang lingkup materi pembelajaran bidang studi yang bersangkutan. Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum SD 1994 tersebut, kita dapat mengaplikasikan cakupan pengajaran bahasa Indonesia ke dalam tiga komponen, yakni (a) kompetensi kebahasaan, (b) keterampilan berbahasa, dan (c) kesastraan, secara skematis.
Tes kompetensi kebahasaan terbagi ke dalam dua aspek tes, yakni tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek kebahasaan ini memegang peranan penting dalam kegiatan kebasaan karena pada dasarnya tidak berbahasa itu sesungguhnya merupakan pengoperasian dari kedua aspek tersebut. Meskipun secara umum Kurikulum 1994 menghendaki pengajaran dan tes kebahasaan yang lebih menekan pada fungsi komunikatif bahasa, namun aspek struktur dan kosakata perlu mendapat perhatian para guru bahasa.
Tes yang berkenaan dengan aspek keterampilan berbahasa meliputi tes keterampilan yang bersifat reseptif dan tes keterampilan yang bersifat produktif. Kegiatan berbahasa yang tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yakni menyimak-membaca (aspek reseptif) dan bicara-menulis (aspek produktif) merupakan manifestasi nyata dari kompetensi kebahasaan seseorang. Kegiatan berbahasa semacam ini disebut juga “ performansi”. Performansi merupakan kebalikan dari kompetensi. Tinggi-rendahnya kadar performasi seorang dalam tindak berbahasa biasanya dipengaruhi tinggi-rendahnya kadar kompetensi yang dimilikinya. Tes kesastraan meliputi tes pengetahuan tentang sastra dan kemampuan apresiasi sastra. Dari kedua aspek tes kesastraan ini, tes kemampuan apresiasi sastra merupakan prioritas tentang kesastraan merupakan alat bantu untuk mencapai pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra.
Jenis – jenis tes pengajaran bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
1). Tes diskrit
Tes diskrit adalah sejenis tes yang hanya menekankan atau berkaitan dengan salah satu aspek kebahasaan tertentu pada satu waktu tertentu, misalnya aspek fonologi, morfologi, sintaksis, kosakata, dan lain-lain atau keterampilan berbahasa tertentu seperti menyimak, berbicara, membaca, atau menulis. Pandangan teori diskrit yang memecah-mecah unsur kebahasaan sebagai sesuatu yang terisolasi, ditentang oleh para penganut paham komunikatif dan pragmatik. Pendekatan komunikatif menekankan pengajaran bahasa pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu munculah reaksi terhadap tes deskriptif dan menawarkan alternative tes pengajaran bahasa yang bersifat integrative.
2). Tes Integratif
Tes integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa tertentu, melainkan sebuah tes dalam satu waktu tertentu meliputi beberapa aspek kebahasaan dan keterampilan berbahasa secara sekaligus. Tes dimaksud akan lebih baik lagi jika dalam penyajiannya langsung dikaitkan dan disesuaikan dengan konteks pemakaian bahasa secara wajar sebagaimana halnya penggunaan bahasa yang hidup di masyarakat.
Bentuk- bentuk soal integrative antara lain dapat berupa :
a.       Menyusun kalimat.
Contoh : susunlah kata-kata berikut menjadi sebuah kalimat yang baik!
Tadi-kecelakaan-rumah-di-pagi-terjadi-depan.
b.      Menafsirkan isi wacana yang di dengar
c.       Menafsirkan isi wacana yang dibaca
d.      Menyusun paragraph berdasarkan kalimat acak.
3). Tes Pragmatik
Tes Pragmatik mempunyai persamaan pengertian dengan tes kompetensi komunikatif. Keduanya menekankan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa dalam situasi tertentu. Tes pragmatik dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata.
Contoh – contoh bentuk tes pragmatik, antara lain :
a. Dikte
Dikte memiliki beragan variasi, antara lain : dikte standar, dikte sebagian, dikte gangguan suara, dan produksi lisan imitasi.
b. Berbicara / Ekspresi lisan
Tes ini  dipandang sebagai salah satu jenis tes yang paling mencerminkan kemampuan berbahasa seseorang. Terdapat beberapa macam bentuk tes berbicara, antara lain menceritakan gambar, wawancara, bercerita, pidato diskusi, dan lain-lain.
Bercerita merupakan salah satu cara untuk mengungkap kemampuan berbicara secara pragmatis. Disini anak dituntut menguasai dua hal, yakni unsur linguistik (bagaimana memilih bahasa untuk bercerita) dan unsur ekstralinguistik (kelancaran, kejelasan, ekspresi, dan lain – lain). Komponen yang menjadi aspek penilaian guru untuk kegiatan bercerita ini tidak jauh berbeda dengan penilaian pidato. Pidato merupakan salah satu bentuk tes pragmatik yang termasuk kemampuan ekspresi lisan.
Aspek penilaian untuk kemampuan bercerita dan berpidato meliputi beberapa aspek, keakuratan informasi, hubungan antar informasi, struktur dan kosa kata, kelancaran dan kefasihan berbicara, kelogisan urutan penyajian, dan gaya pengungkapan. Bentuk lain dari tes ekpresi lisan adalah keterampilan berdiskusi. Keterampilan berdiskusi ini baik untuk melatih nalar, misalnya melatih mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan secara kritis, mempertahankan gagasan sendiri dengan argumentasi yang logis dan dapat dipertanggung jawabkan
Aspek – aspek penilaian kemampuan diskusi tidak jauh berbeda dengan wawancara dan berpidato. Hanya perlu memperhatikan : ketepatan struktur, kualitas dan orisinilitas gagasan, kuantitas gagasan, kekritisan menanggapi gagasan, kemampuan mempertahankan gagasan.
Pemahaman Parafrase
           Tes pragmatik dalam bentuk paraphrase pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap suatu rangsang bahasa yang dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam memahami maksud rangsang bahasa. Di samping itu, dibukakan pula oleh kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi / maksud / informasi / gagasan tersebut dengan cara yang berbeda dari bentuk atau cara semula. Bentuk penyajian tes parafrase ini misalnya, dengan cara menyajikan wacana singkat (lisan atau tertulis) kemudian siswa diminta untuk mengidentifikasi salah satu jawaban yang memiliki maksud yang sama.
Contoh :
1)      Gina sebenarnya datang lebih dulu dari Anggi, tetapi dia terlambat sepuluh menit dari Gumgum
Alternatif jawaban :
A.    Gina datang paling dahulu
B.     Gumgum datang sesudah Anggi
C.     Gumgum datang sebelum Anggi
D.    Anggi datang sebelum Gumgum
            Manakah jawaban yang benar untuk parafrase di atas ? Tentu saja alternative jawaban B. Gumgum bahkan datang sebelum Gina dan Anggi.
Menjawab Pertanyaan
           Menjawab pertanyaan merupakan bentuk lain dari tes pragmatik. Tuntutan jawaban dapat berupa pemahaman isi / maksud bacaan atau dapat berupa kelogisan atau kesesuaian kontekstual.
Contoh :
1)      Mahalkah harga buku baru itu ?
Alternatif jawaban :
A.    Bersama kawan – kawan
B.     Di took buku
C.     Saat ada pameran buku di kotaku
D.    Tak sebagus bentuknya
           Sudah jelas jawabannya D. Artinya buku baru itu tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan bentuknya yang begitu bagus.
Teknik Isian Rumpang
           Bentuk lain dari tes pragmatik adalah teknik isian rumpang. Tes ini disajikan dalam bentuk penyajian wacana yang sudah mengalami perumpangan atau pelepasan pada bagian – bagian tertentu secara teratur. Untuk dapat mengisi tes isian rumpang dengan benar dituntut penguasaan sistem gramatika bahasa yang bersangkutan dan pemahaman isi wacana.
Contoh :
         Di Sumatera Utara ada daerah pegunungan yang kurang subur. Di sana pada zaman .... 1) ada seorang petani miskin. Setiap .... 2) dia menggarap ladangnya. Bila .... 3) lelah mencangkul, dia pergi .... 4) hutan mencari kayu bakar .... 5) untuk kebutuhan sendiri, kayu ...6) itu dijual ke pasar ... 7) untuk membeli keperluan dapur, ....8) garam, ikan asin, dan gula.
         Kata yang tepat untuk mengisi titik – titik no 1 – 8 di atas adalah : dahulu, hari, sudah, ke, selain, bakar, uangnya, seperti.

           
















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1)      Pengertian evaluasi pendidikan adalah mengacu kepada pengertian suatu proses kegiatan  yang dilakukan guru guna mendapatkan informasi atau data mengenai hasil belajar siswa dan mengolah serta menafsirkannya menjadi nilai.
2)      Jenis atau bentuk pelaksanaan evaluasi di SD meliputi:
a. Ulangan harian
b. Pemberian tugas
c. Ulangan umum
3)      Perbedaan Teknik Tes Dan Teknik Nontes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus ditanggapi. Sedangkan Teknik nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambar mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian.
4)      Perbedaan tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatik
1) Tes diskrit adalah sejenis tes yang hanya menekankan atau berkaitan dengan salah satu aspek kebahasaan tertentu pada satu waktu tertentu.
2) Tes Integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa tertentu, melainkan sebuah tes dalam satu waktu tertentu meliputi beberapa aspek kebahasaan dan keterampilan berbahasa secara sekaligus.
3) Tes Pragmatik Tes pragmatik dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata.
3.2 Saran
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang diinginkan tersebut bisa tercapai.
                          
DAFTAR RUJUKAN

Damaianti, Vismaia Subariah. 2007. “Evaluasi dalam Pembelajaran”.Jakarta: Universitas Terbuka
Djuanda,Dadan.2008.Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD.Bandung: Pustaka Latifah.
Hidayat, Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.