Sabtu, 29 Oktober 2016

BENTUK DAN ALAT EVALUASI PENGAJARAN BAHASA

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

           Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bentuk Dan Alat Evaluasi Pengajaran Bahasa tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Drs. I Ketut Adnyana Putra, M.Pd atas bimbingan selama ini sehingga makalah ini selesai dengan hasil yang baik.
Dalam proses pembuatan makalah ini, kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Kami mengharapkan kritikan dan saran agar makalah ini menjadi sempurna.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Om Shanti , Shanti , Shanti Om

                                                                        Denpasar, 1 April 2016


                                                                                                          Penulis





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3  Tujuan Makalah.................................................................................................... 2
1.4  Manfaat Makalah........................................................................................ ......... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1  Pengertian Evaluasi.............................................................................................. 3
2.2  Jenis Pelaksanaan Evaluasi................................................................................... 4
2.3  Alat dan Teknik Evaluasi..................................................................................... 5
2.4  Komponen dan Jenis Tes Pengajaran Bahasa...................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................. 13
3.1  Kesimpulan.......................................................................................................... 13
3.2  Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN         


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                  Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum dan lain sebagainya. Usaha peningkatan pendidikan biasa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan system evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan system pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya system penilaian yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Pengajaran dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi dan tujuan bersama.
                  Sehubungan dengan itu, maka didalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, antara lain :
1.2.1. Apakah yang dimaksud evaluasi pendidikan atau pengajaran?
1.2.2. Bagaimana bentuk maupun jenis pelaksanaan evaluasi di SD?
1.2.3. Apa perbedaan teknik tes dan teknik nontes?
1.2.4. Apakah perbedaan dari tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatik?



1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.3.1. Untuk memahami pengertian dari evaluasi pendidikan atau pengajaran
1.3.2. Unuk mengenal dengan baik jenis atau bentuk pelaksanaan evaluasi di SD
1.3.3. Untuk memahami perbedaan mendasar dari teknik tes dan teknik nontes
1.3.4. Untuk mengetahui perbedaan tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatic
1.4 Manfaat
            Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1 Sebagai sumber referensi dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang     bentuk dan alat evaluasi pengajaran bahasa.
1.4.2. Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan kepada pembaca mengenai komponen dan jenis tes pengajaran bahasa












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan Atau Pengajaran
                 Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, istilah evaluasi biasanya berkawan akrab dengan istilah “pengukuran” dan “penilaian” serta “skor” dan “nilai”. Pelaksanaan evaluasi pendidikan dalam praktiknya dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap pengumpulan data atau informasi dan tahap penilaian data atau informasi.
                 Tahap pertama, yakni pengumpulan atau merupakan tahap pengukuran (measurement). Pada tahap ini, guru sedang berusaha mengumpulkan data. Data yang dimaksud merupakan data kasar yang berupa skor-skor mentah (raw score). Data score mentah yang diperoleh dari hasil pengukuran itu belum dapat dimaknai sebelum diolah menjadi skor jadi atau skor terjabar (derived score).Proses pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai jenis alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan untuk memperoleh data dapat berupa alat tes dan alat nontes, seperti wawancara, observasi, tugas dan lain-lain.
                 Tahap kedua dari pelaksanaan proses evaluasi adalah tahap penilaian atau tahap pertimbangan. Pada tahap ini guru akan memperoleh skor menjadi skor terjabar (nilai jadi) dengan cara menilai, mempertimbangkan, mengolah, menafsirkan, atau membendingkan skor-skor mentah tersebut engan suatu acuan tertentu.
                 Skor merupakan hasil pengukuran. Data hasil pengukuran biasanya berupa data kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan. Data hasil pengukuran itu kemudian diolah menjadi nilai.
                 Jika hendak menggunakan standar nilai 10, maka rumus yang digunakan untuk mengolah skor mentah menjadi nilai jadi itu menjadi sebagai berikut:
     Skor perolehan                  10
     Skor maksimum         
                 Dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah evaluasi pendidikan atau pengajaran mengacu kepada pengertian suatu proses kegiatan yang dilakukan guru guna mendapatkan informasi atau data mengenai hasil belajar siswa dan mengolah serta menafsirkannya menjadi nilai. Hasil evaluasi ini diperlukan guna dijadikan landasan untuk berbagai keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Keputusan yang dmaksud antara lain berupa program perbaikan, pengayaan, kenaikan kelas, kelulusan siswa dan lain-lain.
                 Evaluasi terhadap proses belajar mengacu kepada usaha yang dilakukan siswa dalam meningkatkan kemampuan dirinya guna mencapai tingkat kemajuan belajar yang seoptimalnya. Evaluasi hasil belajar mengacu kepada penilaian terhadap pencapaian akhir hasil belajar siswa sesuai dengan patokan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Jenis atau Bentuk Pelaksanaan Evaluasi
Untuk sampai kepada keputusan – keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, anda akan memanfaatkan hasil evaluasi siswa dari berbagai jenis atau bentuk evaluasi. Di samping ada waktu tertentu untuk melaksanakan evaluasi secara serentak di suatu sekolah, ada juga evaluasi yang dilaksanakan secara incidental. Artinya, setiap guru pada setiap kelas mempunyai rencana dan program evaluasi tersendiri untuk mengukur keberhasilan belajar pada siswanya. Pelaksanaan evaluasi seperti ini tentu saja sangat bergantung pada kebijakan dan pertimbangan masing-masing guru.
Disamping itu, pelaksanaan evaluasi ada yang dilakukan dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk penguasaan. Tugas itu sendiri dapat dikerjakan siswa disekolah atau mungkin di rumah. Pengajarannya mungkin dilakukan siswa secara individual atau mungkin juga secara kelompok.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas, kiranya anda dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai pembicaraan jenis/bentuk pelaksanaan evaluasi tersebut.
Jenis atau bentuk pelaksaan evaluasi di SD meliputi:
1). Ulangan harian
Ulangan harian dikenal juga dengan tes formatif. Jenis tes ini biasanya dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa.

2). Pemberian tugas
Pemberian tugas dapat dilaksanakan mulai dari kelas 1 hingga kelas 6, untuk semua mata pelajaran. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam pelaksanaan pemberian tugas:
a.       Jumlah dan jenis tugas tidak terlalu memberatkan siswa; perhatikan dan pertimbangkan juga dari tugas-tugas mata pelajaran yang lain.
b.      Tujuan pemberian tugas hendaknya ditekankan pada proses pelatihan menerapkan dan menggunakan suatu konsep tertentu.
c.       Pemilihan dan penentun jenis materi tugas harus disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas.
d.      Sangat dianjurkan untuk tidak memberikan tugas materi pelajaran IPA dan Matematika dalam waktu bersama.
3). Ulangan umum
Jenis penilainan biasanya dilaksanakan pada setiap akhir catur wulan. Jenis penilaian ini biasanya dapat dilaksanakan secara lisan atau perbuatan, namun pada umumnya, ulangan umum atau tes sumatif dilaksanakan secara tertulis dan dilaksanakan secara serentak untuk semua kelas.
2.3 Perbedaan Teknik Tes Dan Teknik Nontes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus ditanggapi. Dalam hal tes prestasi belajar, yang hendak diukur adalah sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan, terutama meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, secara garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapat dikelompokan kedalam bentuk-bentuk berikut :
1). Tes tertulis, yakni alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaanya oleh siswa dilakukan dalam bentuk tertulis. Jawaban siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan, tanggapan atas pernyataan atau tugas yang diberikan.
2). Tes lisan, yakni alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya oleh siswa dilakukan secara langsung.
3). Tes perbuatan, yakni penilaian yang penugasaannya dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan dan pengerjaannya dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.

Teknik nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambar mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian. Dalam proses belajar – mengajar, pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes, mengingat lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan di dalam kelas.
Alat evaluasi nontes dapat dilaksanakan melalui pengamatan, skala sikap, angket, catatan harian, wawancara, atau ceklist. Alat evaluasi  jenis  ini biasanya digunakan untuk memperoleh informasi atau data mengenai gambaran minat, sikap, atau kepribadian siswa.
Penilaian dapat dilakukan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Aspek-aspek yang hendak dinilai harus ditetapkan sebelumnya agar guru mempunyai pedoman di dalam melaksanakan penilaiannya. Sebagai contoh, anda hendak  menilai kemampuan berkomunikasi siswa anda dalam kegiatan berdiskusi. Untuk mengetahui kemampuan bediskusi masing-masing siswa, anda menetapkan aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian sebagai berikut :
1)      Keberanian mengemukakan pendapat
2)      Keaktifan atau peran
3)      Sikap menghargai pendapat orang lain
4)      Kerja sama dalam kelompok
5)      Kemampuan dalam memecahkan masalah
6)      Kefasihan dan kejelasan berbahasa dan lain-lain
Penilaian dapat dilaksanakan secara kualitatif atau kuantitatif. Pedoman penilaian kualitatif yang biasa digunakan di SD berdasarkan petunjuk dari Depdikbud (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :
Sangat  baik                     =   A  =  8.5 – 10
Baik                                 =   B  =  7.0 – 8.4
Cukup                              =   C  =  5.5 – 6.9
Kurang                 =   K  =  4.0 – 5.4
Kurang sekali                   =   E  =  <4.0

No

Nama
Aspek yang dinilai

Jumlah skor

Rata-rata

Keterangan
1
2
3
4
5
6
1
Gumelar Teja S
7
8
7
9
8
8
47
7,83
Baik
2
Gina Zulfhanur
8
8
7,5
8,5
8,5
7,5
48
8
Baik
3
Ahmad Fauzi
6
7
7
7
8
6
41
6,83
Cukup
4
Gunadi
7
7
6.5
6
7
7
40,5
6,75
Cukup
5
Yanti Budiarti
7,5
7
7
7
7
8
43,5
7,25
Baik

Keterangan :
Aspek penilaian diskusi :
1) :           keberanian mengemukakan pendapat
2) :           keaktifan/ peran serta
3) :           sikap menghargai pendapat orang lain
4) :           kerja sama dalam aspek
5) :           kemampuan memecahkan masalah
6) :           kefasihan dan kejelasan berbicara
Berdasarkan kedua pedoman di atas, langkah selanjutnya adalah menyiapkan format penilaian. Format yang dimaksud dapat anda buat seperti contoh berikut.
Kegiatan                                  : Diskusi
Pokok/Sub pokok Bahasan     : Perkembangan Komunikasi
Hari/ Tanggal                          : Selasa, 9 Agusatus 1996
Kelas/Cawu                             : 6/2
Sekolah                                   : SDN…………..
2.4 Perbedaan Tes Diskrit, Tes Integratif, Dan Tes Pragmatik
Dalam Kurikulum SD 1994 Bidang Studi Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Komponen kesastraan, meskipun tidak dicantumkan secara eksplisit di dalam komponen pembelajaran bahasa Indonesia, namun sesungguhnya aspek kesastraan secara implisit terdapat dalam aspek pemahaman dan aspek penggunaan.
Untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar siswa dalam pengajaran bahasa Indonesia, tentu saja harus didasarkan atas ruang lingkup materi pembelajaran bidang studi yang bersangkutan. Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum SD 1994 tersebut, kita dapat mengaplikasikan cakupan pengajaran bahasa Indonesia ke dalam tiga komponen, yakni (a) kompetensi kebahasaan, (b) keterampilan berbahasa, dan (c) kesastraan, secara skematis.
Tes kompetensi kebahasaan terbagi ke dalam dua aspek tes, yakni tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek kebahasaan ini memegang peranan penting dalam kegiatan kebasaan karena pada dasarnya tidak berbahasa itu sesungguhnya merupakan pengoperasian dari kedua aspek tersebut. Meskipun secara umum Kurikulum 1994 menghendaki pengajaran dan tes kebahasaan yang lebih menekan pada fungsi komunikatif bahasa, namun aspek struktur dan kosakata perlu mendapat perhatian para guru bahasa.
Tes yang berkenaan dengan aspek keterampilan berbahasa meliputi tes keterampilan yang bersifat reseptif dan tes keterampilan yang bersifat produktif. Kegiatan berbahasa yang tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yakni menyimak-membaca (aspek reseptif) dan bicara-menulis (aspek produktif) merupakan manifestasi nyata dari kompetensi kebahasaan seseorang. Kegiatan berbahasa semacam ini disebut juga “ performansi”. Performansi merupakan kebalikan dari kompetensi. Tinggi-rendahnya kadar performasi seorang dalam tindak berbahasa biasanya dipengaruhi tinggi-rendahnya kadar kompetensi yang dimilikinya. Tes kesastraan meliputi tes pengetahuan tentang sastra dan kemampuan apresiasi sastra. Dari kedua aspek tes kesastraan ini, tes kemampuan apresiasi sastra merupakan prioritas tentang kesastraan merupakan alat bantu untuk mencapai pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra.
Jenis – jenis tes pengajaran bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
1). Tes diskrit
Tes diskrit adalah sejenis tes yang hanya menekankan atau berkaitan dengan salah satu aspek kebahasaan tertentu pada satu waktu tertentu, misalnya aspek fonologi, morfologi, sintaksis, kosakata, dan lain-lain atau keterampilan berbahasa tertentu seperti menyimak, berbicara, membaca, atau menulis. Pandangan teori diskrit yang memecah-mecah unsur kebahasaan sebagai sesuatu yang terisolasi, ditentang oleh para penganut paham komunikatif dan pragmatik. Pendekatan komunikatif menekankan pengajaran bahasa pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu munculah reaksi terhadap tes deskriptif dan menawarkan alternative tes pengajaran bahasa yang bersifat integrative.
2). Tes Integratif
Tes integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa tertentu, melainkan sebuah tes dalam satu waktu tertentu meliputi beberapa aspek kebahasaan dan keterampilan berbahasa secara sekaligus. Tes dimaksud akan lebih baik lagi jika dalam penyajiannya langsung dikaitkan dan disesuaikan dengan konteks pemakaian bahasa secara wajar sebagaimana halnya penggunaan bahasa yang hidup di masyarakat.
Bentuk- bentuk soal integrative antara lain dapat berupa :
a.       Menyusun kalimat.
Contoh : susunlah kata-kata berikut menjadi sebuah kalimat yang baik!
Tadi-kecelakaan-rumah-di-pagi-terjadi-depan.
b.      Menafsirkan isi wacana yang di dengar
c.       Menafsirkan isi wacana yang dibaca
d.      Menyusun paragraph berdasarkan kalimat acak.
3). Tes Pragmatik
Tes Pragmatik mempunyai persamaan pengertian dengan tes kompetensi komunikatif. Keduanya menekankan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa dalam situasi tertentu. Tes pragmatik dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata.
Contoh – contoh bentuk tes pragmatik, antara lain :
a. Dikte
Dikte memiliki beragan variasi, antara lain : dikte standar, dikte sebagian, dikte gangguan suara, dan produksi lisan imitasi.
b. Berbicara / Ekspresi lisan
Tes ini  dipandang sebagai salah satu jenis tes yang paling mencerminkan kemampuan berbahasa seseorang. Terdapat beberapa macam bentuk tes berbicara, antara lain menceritakan gambar, wawancara, bercerita, pidato diskusi, dan lain-lain.
Bercerita merupakan salah satu cara untuk mengungkap kemampuan berbicara secara pragmatis. Disini anak dituntut menguasai dua hal, yakni unsur linguistik (bagaimana memilih bahasa untuk bercerita) dan unsur ekstralinguistik (kelancaran, kejelasan, ekspresi, dan lain – lain). Komponen yang menjadi aspek penilaian guru untuk kegiatan bercerita ini tidak jauh berbeda dengan penilaian pidato. Pidato merupakan salah satu bentuk tes pragmatik yang termasuk kemampuan ekspresi lisan.
Aspek penilaian untuk kemampuan bercerita dan berpidato meliputi beberapa aspek, keakuratan informasi, hubungan antar informasi, struktur dan kosa kata, kelancaran dan kefasihan berbicara, kelogisan urutan penyajian, dan gaya pengungkapan. Bentuk lain dari tes ekpresi lisan adalah keterampilan berdiskusi. Keterampilan berdiskusi ini baik untuk melatih nalar, misalnya melatih mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan secara kritis, mempertahankan gagasan sendiri dengan argumentasi yang logis dan dapat dipertanggung jawabkan
Aspek – aspek penilaian kemampuan diskusi tidak jauh berbeda dengan wawancara dan berpidato. Hanya perlu memperhatikan : ketepatan struktur, kualitas dan orisinilitas gagasan, kuantitas gagasan, kekritisan menanggapi gagasan, kemampuan mempertahankan gagasan.
Pemahaman Parafrase
           Tes pragmatik dalam bentuk paraphrase pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap suatu rangsang bahasa yang dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam memahami maksud rangsang bahasa. Di samping itu, dibukakan pula oleh kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi / maksud / informasi / gagasan tersebut dengan cara yang berbeda dari bentuk atau cara semula. Bentuk penyajian tes parafrase ini misalnya, dengan cara menyajikan wacana singkat (lisan atau tertulis) kemudian siswa diminta untuk mengidentifikasi salah satu jawaban yang memiliki maksud yang sama.
Contoh :
1)      Gina sebenarnya datang lebih dulu dari Anggi, tetapi dia terlambat sepuluh menit dari Gumgum
Alternatif jawaban :
A.    Gina datang paling dahulu
B.     Gumgum datang sesudah Anggi
C.     Gumgum datang sebelum Anggi
D.    Anggi datang sebelum Gumgum
            Manakah jawaban yang benar untuk parafrase di atas ? Tentu saja alternative jawaban B. Gumgum bahkan datang sebelum Gina dan Anggi.
Menjawab Pertanyaan
           Menjawab pertanyaan merupakan bentuk lain dari tes pragmatik. Tuntutan jawaban dapat berupa pemahaman isi / maksud bacaan atau dapat berupa kelogisan atau kesesuaian kontekstual.
Contoh :
1)      Mahalkah harga buku baru itu ?
Alternatif jawaban :
A.    Bersama kawan – kawan
B.     Di took buku
C.     Saat ada pameran buku di kotaku
D.    Tak sebagus bentuknya
           Sudah jelas jawabannya D. Artinya buku baru itu tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan bentuknya yang begitu bagus.
Teknik Isian Rumpang
           Bentuk lain dari tes pragmatik adalah teknik isian rumpang. Tes ini disajikan dalam bentuk penyajian wacana yang sudah mengalami perumpangan atau pelepasan pada bagian – bagian tertentu secara teratur. Untuk dapat mengisi tes isian rumpang dengan benar dituntut penguasaan sistem gramatika bahasa yang bersangkutan dan pemahaman isi wacana.
Contoh :
         Di Sumatera Utara ada daerah pegunungan yang kurang subur. Di sana pada zaman .... 1) ada seorang petani miskin. Setiap .... 2) dia menggarap ladangnya. Bila .... 3) lelah mencangkul, dia pergi .... 4) hutan mencari kayu bakar .... 5) untuk kebutuhan sendiri, kayu ...6) itu dijual ke pasar ... 7) untuk membeli keperluan dapur, ....8) garam, ikan asin, dan gula.
         Kata yang tepat untuk mengisi titik – titik no 1 – 8 di atas adalah : dahulu, hari, sudah, ke, selain, bakar, uangnya, seperti.

           
















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1)      Pengertian evaluasi pendidikan adalah mengacu kepada pengertian suatu proses kegiatan  yang dilakukan guru guna mendapatkan informasi atau data mengenai hasil belajar siswa dan mengolah serta menafsirkannya menjadi nilai.
2)      Jenis atau bentuk pelaksanaan evaluasi di SD meliputi:
a. Ulangan harian
b. Pemberian tugas
c. Ulangan umum
3)      Perbedaan Teknik Tes Dan Teknik Nontes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan untuk melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus ditanggapi. Sedangkan Teknik nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambar mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian.
4)      Perbedaan tes diskrit, tes integratif, dan tes pragmatik
1) Tes diskrit adalah sejenis tes yang hanya menekankan atau berkaitan dengan salah satu aspek kebahasaan tertentu pada satu waktu tertentu.
2) Tes Integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan atau keterampilan berbahasa tertentu, melainkan sebuah tes dalam satu waktu tertentu meliputi beberapa aspek kebahasaan dan keterampilan berbahasa secara sekaligus.
3) Tes Pragmatik Tes pragmatik dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata.
3.2 Saran
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang diinginkan tersebut bisa tercapai.
                          
DAFTAR RUJUKAN

Damaianti, Vismaia Subariah. 2007. “Evaluasi dalam Pembelajaran”.Jakarta: Universitas Terbuka
Djuanda,Dadan.2008.Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD.Bandung: Pustaka Latifah.
Hidayat, Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar