BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak
zaman Atena Yunani kuno, masalah person manusia sudah ditelaah dan dalam cara
melihatnya selalu dihadapkan pada kenyataan individu itu berbeda satu sama
lain, sekalipun sebagian besar manusia menganut keyakinan, bahwa “Semua manusia
diciptakan sama”. Seperti juga zaman Yunani Kuno, para filosof abad modern pun
berkeyakinan, bahwa person manusia itu bervariasi dalam skala yang amat
lebar,dari yang bodoh sampai pada genius, dari yang amat jahat sampai pada yang
berbudi luhur, dan dari yang sangat beremosi dengan pribadi yang tidak stabil
sampai pada yang amat stabil.
Sejarah pemikiran manusia tentang
keanehan person manusi telah meletakkan dua idealism berpikir. Ideallisme
pertama menganut falsafah bahwa “ semua manusia adalah sama “. Di dalam diri
setiap manusia terdapat potensi yang dapat dikembangkan seluas-luasnya,
hampir-hampir tidak terbatas. Yang penting sediakanlah sebesar-besarnya
kesempatan yang sama untuk semua orang. Paham ini amat demokratis.
Iddealisme kedua, sebaliknya, amat
menekankan pada anggapan bahwa perbedaan-perbedaaan antar manusia adalah dasar
segala-galanya dan tidak bias dimusnahkan. Setiap masyarakat mengandung unsur-unsur
perbedaan ini yang akan menjadi daya pendorong terbentuknya kehidupan bersama.
Sistem kasta di India adalah salah satu contoh dari idealism ini.
Perkembangan dalam bidang pengukuran
perbedaan-perbedaan individual berjalan terus dan akhirnya mengambil bentuk
menjadi ilmu pengetahuan baru atau new
science. Terdapat dua pernyataan yang komprehensif tentang tujuan dan
metode pengetahuan baru ini. Pertama dari Binet dan Henri (1895) yang merumuskan
ada dua tujuan ilmu baru ini, pertama, untuk mempelajari secara mendalam
tentang esensi dan tingkat perbedaan-perbedaan individual dalam proses
psikologis. Kedua, untuk menemukan bagaimana saling keterkaitan berbagai proses
mental dalam diri individu dan fungsi- fungsi apa yang paling menentukan.
1.2. Rumusan masalah
1.
Apa peranan mereka dalam pendidikan?
2. Bagaimana Sifat-sifat individu
yang berperan dalam pendidikan?
3. Bagaimana pengaruh sifat-sifat
tersebut tehadap proses pendidikan?
4. Siapa saja individu yang berperan
dalam pendidikan?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari ditulisnya
makalah ini adalah:
1. Membandingkan dan mempertentangkan
berbagai pandangan tentang pembelajaran dan perkembangan anak.
2. Mengidentifikasi dan
mendeskripsikan karakteristik dan pola perkembangan intelegensi, kognisi,
bahasa, kepribadian dan perkembangan fisik anak-anak sekolah dasar.
3. Menjelaskan berbagai strategi belajar
dan pembelajaran yang mungkin dapat dikembangkan berdasarkan dan sesuai dengan
karakteristik dan pola perkembangan anak.
1.4. Metode Penulisan
Makalah
Dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis melakukan metode penelaahan melalui studi pustaka untuk melengkapi
materi atau data-data dalam penyusunan makalah ini. Penyusun melakukan studi
pustaka dari berbagai sumber buku.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Peranan Individu dalam
pendidikan
1. Orang tua atau
keluarga
Keluarga terutama orang tua, memiliki peranan
yang sangat penting dalam proses pendidikan. Karena pendidikan pertama di mulai
dari lingkungan keluarga. Ketika seorang anak lahir, ia belum tau apa-apa,
belum mengenal siapa dirinya orang tua lah yang mengasuhnya, merawatnya, dan
secara tidak langsung memberikan pendidikan bagi anak tersebut.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan
utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan tertua, artinya
disinilah dimulai suatu proses pendidikan, lingkungan keluarga juga dikatakan
lingkungan yang paling utama karena sebagian besar kehidupan anak adalah
didalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak di terima anak adalah
di dalam keluarga.
Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisnya
tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga keluarga
memiliki beberapa peranan yaitu berperan dalam perkembangan kepribadian anak
dan mendidik anak di rumah, serta berpean dalam mendukung pendidikan di sekolah
Peranan keluarga dalam pembentukkan
kepribadian dan mendidik anak di rumah:
1.
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2.
Menjamin kehidupan emosional anak
3.
Menanamkan dasar pendidikan moral anak
4.
meletakkan dasar-dasar pendidikan sosial
5.
Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama
6.
Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses
belajar yang utuh
7.
Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
8.
Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang beguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia
dewasa yang mandiri
2. Peranan keluarga
dalam mendukung pendidikan anak di sekolah:
1.
Orang tua mengawasi anak membuata pekejaan rumah dan memotivasi serta
membimbing anak dalam belajar
2.
orang tua bekerja sama dengan sekolah dan guru dalam mengatasi kesulitan
belajar anak
3.
Orang tua harus mempehatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai usahanya
3. Guru atau Dosen
Efektifitas dan efisiensi belajar
individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru atau pendidik. Abin
Syamsyudin (2003). Mengemukakkan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas,
seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :
1. Transformator
(penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya
dan prilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik.
2. Konservator
(pemeliharaan) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan.
3. Transmitor
(penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
4.
Transformator
(penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya
dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
5.
Organisator
(penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan,
baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskan) maupun secara
moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).
Sedangkan dalam pengertian yang terbatas, Abin Syamsuddin
dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam
proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1.
Guru sebagai perencana (planner)
yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukannya di dalam proses belajar
mengajar;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer),
yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajat sesuai dengan rencana, dimana ia
bertindak sebagai seorang sumber, konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam
arti demokratik dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung.
3. Guru sebagai penilai (evaluator)
yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran berdasarkan kreteria
yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.
Dalam
hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru
berperan sebagai :
1.
Pengambil inisiatif, pengarah, dan
penilai pendidikan;
2.
Wakil masyarakan di sekolah, artinya
guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
3.
Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu
menguasai bahan yang harus diajarkannya;
4.
Penegak disiplin, yaitu guru harus
menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin;
5.
Pelaksana administrasi pendidikan,
yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
Dipandang dari segi diri-pribadinya, seorang guru memiliki peran sebagai :
1.
Pekerja sosial, yaitu seorang yang
harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
2.
Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang
yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan
penguasaan keilmuannya;
3.
Orang tua, artinya guru adalah wakil
orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;
4.
Model keteladanan, artinya guru
adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para peserta didik; dan
5.
Pemberi keselamatan bagi setiap
peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan
gurunya.
Dari
sudut pandang secara psikologi, guru berperan sebagai :
1.
Pakar psikologi pendidikan, artinya
guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu
mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagi pendidik;
2.
Seniman dalam hubungan antar
manusia, artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana
hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan.
3.
Pembentuk kelompok, yaitu mampu
membentuk dan menciptakan kelompok serta aktivitasnya sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan.
4.
Catalyc agent atau inovator, yaitu
guru merupakan orang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan untuk membuat
suatu hal yang baik ; dan
5.
Petugas kesehatan mental, artinya
guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan
dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan dan
memfasilitasi proses belajar. Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup
hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti
tata letak tempat duduk.disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta
didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan
keluar untuk setiap sesi mata pelajaran.
4.
Siswa atau Mahasiswa
Siswa ataupun mahasiswa yang biasa disebut dengan peserta
didik adalah aktor penting yang menjalankan peran utama dalam dunia pendidikan.
Karena dalam dunia pendidikan yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya, baik itu di Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Pendidikan Menengah,
ataupun Perguruan Tinggi dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya.
Tugas atau peran utama sebagai peserta didik di dalam dunia
pendidikan adalah belajar. Dengan semakin meningkatnya peran peserta didik
dalam dunia pendidikan.
5.
Teman Sebaya
Lingkungan yang baik akan membantu anak untuk belajar. Di lingkungan
yang kondusif, anak akan lebih mudah untuk menerima pelajaran
Teman sebaya atau sahabat sangat berperan dalam pembelajaran
sosialisasi bagi anak. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya
merupakan proses pembelajaran kepribadian sosial yang sesungguhnya. Anak-anak
belajar cara mendekati orang asing, malu-malu atau berani, menjauhkan diri atau
bersahabat Ia juga belajar apa yang disebut jujur saat ia melakukan permainan
bersama teman sebayanya.
2.2. Sifat – Sifat Individu yang Berperan dalam
Pendidikan
Individu berasal dari kata latin
“individuum”, yang artinya “yang tak terbagi”. Menurut Dr. A. Lysen, kata
individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai suatu kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Jadi individu merupakan manusia perseorangan atau suatu makhluk
yang sebagai kesatuan terbatas.
Setiap orang berbeda-beda, setiap individu adalah manusia yang
khas, memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Dari segi fisik mungkin mirip,
misalnya pada orang kembar, tetapi dari segi kepribadian atau sifatnya, sangat
sulit kita menemukan orang yang sama persis.
Berikut
ini merupakan sifat-sifat umum aktivitas manusia :
1.
Perhatian
Kata perhatian, tidaklah selalu digunakan dalam arti yang
sama. Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini.
a.
Dia sedang memperhatikan contoh yang
sedang diberikan oleh dosennya.
b.
Dengan penuh perhatian dia mengikuti
kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu
Dalam mengemukakan perhatian dapat ditempuh dengan cara
menggolong-golongkan perhatian tersebut menurut cara tertentu. Adapun
golongan-golongan atau macam-macam perhatian tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Atas dasar intensitasnya, yaitu
banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman
batin, yang dibedakan menjadi dua yakni , Perhatian intensif, dan Perhatian tidak intensif.
b.
Atas dasar cara timbulnya, perhatian
yang dibedakan menjadi dua yakni , Perhatian
spontan (perhatian tak disengaja) dan Perhatian
sekehendak (perhatian disengaja).
c.
Atas dasar luasnya objek yang
dikenai perhatian, perhatian ini dibedakan menjadi dua yakni , Perhatian terpencar (distributif), dan Perhatian terpusat (konsentratif).
2.
Pengamatan
Cara mengenal objek yang biasa di sebut mengamati , manusia
mengenal dunia baik dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya dengan melihat,
mendengar, membau, atau mengecap. Sedangkan melihat, mendengar, dan seterusnya
itu disebut modalitas pengamatan. Berikut ini dikupas secara singkat
masing-masing modalitas tersebut.
a. Penglihatan
Ada
tiga macam penglihatan, yaitu :
1)
Penglihatan terhadap bentuk, penglihatan
terhadap objek yang berdimensi dua.
2)
Penglihatan terhadap warna, yaitu
penglihatan terhadap objek psikis dari warna. Yang
menyangkut
nilai-nilai psikologis dari warna seperti ,
a)
Nilai efektif dari warna.
b)
Nilai lambang atau simbolis dari
warna.
c)
Penglihatan terhadap bentuk.
3) Penglihatan
terhadap bentuk, yaitu penglihatan terhadap objek berdimensi tiga.
b.
Pendengaran
Mendengar
atau mendengarkan adalah menangkap atau menerima suara melalui indra
pendengaran. Satu hal yang dirasa penting yaitu pendengaran yang ada
hubungannya dengan masalah Gestalt. Gestalt ruang pada penglihatan akan
berhubungan dengan Gestalt waktu pada pendengaran..Jadi apa yang telah
terdengar dan baru saja terdengar secara bersama-bersama membentuk suatu
kesatuan yang mengatasi sifat dari keterbatasan daripada waktu.
c.
Perabaan
Perabaan
mengandung dua pengertian, yaitu :
1)
Perabaan sebagai perbuatan aktif
yang juga mencakup indra kinestesi
2)
Perabaan sebagai pengalaman secara
pasif yang juga mencakup beberapa indra untuk sentuh dan tekanan, pengamatan
panas, pengamatan dingin, pengamatan sakit dan indra vibrasi.
d.
Pembauan atau Penciuman
Membau
atau mencium adalah menangkap objek yang berupa bau-bauan dengan menggunakan
hidung sebagai alat pembau. Kuat lemahnya penangkapan objek pembauan sangat
tergantung pada dua hal yaitu :
1)
Kuat lemahnya rangsangan atau
kualitas objek pembauan.
2)
Kepekaan fungsi saraf pada hidung.
e.
Pengecapan
Mengecap
adalah menangkap objek yang berupa kualitas rasa benda atau sesuatu dengan
menggunakan lidah sebagai alat pengecap. Dalam pengecapan, indra kita hanya
peka terhadap empat macam rasa pokok, yaitu manis, asin, asam, dan pahit.
Dengan lima macam modulitas tersebut membantu pengamatan
kita bekerja. Dengan mengamati, seseorang dapat mengenal dunia nyata yang
sangat menentukan perkembangan pribadi seseorang.
3.
Tanggapan dan Variasinya
Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang
menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat dikemukakan adanya tiga macam tanggapan, yaitu :
a.
Tanggapan masa lampau yang sering
disebut tanggapan ingatan
b.
Tanggapan masa sekarang yang sering
disebut sebagai tanggapan imajinatif
c.
Tanggapan masa mendatang yang
disebut tanggapan antisipatif.
Tanggapan sangat penting peranannya dalam tingkah laku, maka
pendidikan hendaknya mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan
yang ada pada anak didik, sehingga dengan demikian akan berkembang suatu
kondisi motivasi untuk belajar bagi anak didik.
4.
Fantasi
Fantasi merupakan aktifitas imajinasi untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertimbangan dari tanggapan-tanggapan lama yang
telah ada. Dengan demikian aktivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata.
Fungsi dari fantasi, yaitu :
a.
Dengan fantasi seseorang dapat
memahami atau mengerti sesama manusia
b.
Dengan fantasi seseorang dapat
memahami atau kultur orang lain
c.
Dengan fantasi seseorang dapat
keluar dari ruang dan waktu, misalnya dalam mempelajari ilmu bumi dan sejarah.
d.
Fantasi dapat melepaskan seseorang
dari kesukaran dan permasalahan serta melupakan kegagalan atau kesan-kesan
buruk
e.
Fantasi dapat membantu seseorang
mencari keseimbangan batin
f.
Fantasi memungkinkan seseorang untuk
dapat membuat perencanaan masa mendatang
Karena banyaknya fungsi fantasi bagi kehidupan manusia, maka
pendidikan hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak didik secara sehat.
5.
Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan
dengan jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga
aktifitas, yaitu :
a.
Mencamkan, yaitu menangkap atau
menerima kesan-kesan
b.
Menyimpan kesan-kesan
c.
Memproduksi kesan-kesan
Ingatan sangat berfungsi dalam proses belajar. Daya ingat
tiap siswa berbeda jadi para pendidik tidak boleh hanya melakukan satu
penerapan metode belajar, hendaknya menggunakan metode yang tepat, pembagian
waktu belajar yang tepat, serta kondisi belajar yang tepat.
6.
Pikiran
Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar
bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Akal
adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Berpikir berarti meletakkan
hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Yang dimaksud
pengetahuan disini mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah
dimiliki atau diperoleh manusia.
Ada tiga langkah dalam berfikir, yaitu :
a.
Pembentukan pengertian, dengan
melalui proses : mendeskripsikan ciri-ciri objek yang sejenis,.
b.
Pembentukan pendapat merupakan
peletakan hubungan antar dua buah. hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa
:
-
Pendapat menolak, yaitu tidak
menerima ciri dari suatu hal.
-
Pendapat menerima atau mengiyakan,
yaitu menerima sifat dari suatu hal
-
Pendapat ansumtif, yaitu
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.
c.
Pembentukan keputusan, ini merupakan
penarikan kesimpulan yang berupa keputusan. Keputusan adalah hasil pekerjaan
akal yang berupa pendapat baru. Mengenai keputusan ini dapat dibedakan atas :
-
Keputusan induktif, yang diambil dari
pendapat khusus membentuk suatu pendapat umum.
-
Keputusan deduktif, yang diambil
dari pendapat umum membentuk pendapat khusu
-
Keputusan analogis, yang diambil
dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapat
khusus yang telah ada.
Setiap keputusan yang diambil merupakan hasil pekerjaan akal
melalui pikiran. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya memberikan bimbingan
yang sebaik-baiknya bagi perkembangan akal anak didik, dengan cara :
a.
Mengembangkan kemampuan dan
keterampilan berbahasa pada anak didik
b.
Membimbing pikiran anak didik dengan
memberikan sejumlah pengetahuan kunci yang fungsional bagi keterampilan
berfikir anak.
c.
Menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran.
7.
Perasaan
Perasaan
diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi,
dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal. Perasaan banyak mendasari dan
mendorong tingkah laku manusia. Dengan menciptakan perasaan baik seperti rasa
sehat, rasa segar, rasa senang, rasa puas, dapat menambah semangat belajar anak
didik.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
1.
Dalam proses pendidikan, individu
tidak dapat berdiri sendiri tetapi bergantung terhadap individu-individu lain.
Individu-individu yang berperan dalam pendidikan baik formal maupun nonformal
antara lain : pendidik, peserta didik, orang tua atau keluarga, teman sebaya
atau sahabat.
2.
Peranan mereka antara lain
Orang
tua : sebagai contoh pertama pendidikan anak
Pendidik
: memberikan pendidikan formal kepada anak didik
Peserta
didik : sebagai penerima pendidikan
Teman
sebaya : sebagai tempat pengenalan proses sosialisasi
3.
Sifat-sifat individu yang berperan
dalam pendidikan yaitu :
-
Pengamatan
-
Tanggapan dan variasinya
-
Fantasi
-
Ingatan
-
Pikiran
-
Perhatian
-
Perasaan
4.
Semua sifat-sifat individu
memberikan pengaruh besar terhadap proses pendidikan tetapi diantara
sifat-sifat yang ada hanya intelegensilah yang memiliki pengaruh yang dominan
terhadap proses pendidikan.
3.2
Saran
Saran yang dapat sampaikan dari paparan di atas yaitu
sebaiknya individu-individu yang berperan dalam proses pendidikan lebih
mengembangkan sifat-sifat dan peran yang positif agar lebih memajukan serta
mengoptimalkan pendidikan yang telah ada dan untuk proses pendidikan ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
H. Abu; Sholeh, Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2003. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen
Soemanto,
Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Sumaatmadja,
H. Nursid; dkk. 2003. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
Suryabrata,
Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar